Sekolah saat ini punya status yang baru sebagai komunitas pembelajar. Situasi yang ada sekarang bukan lagi yang tahu (guru) mengajar yang tidak tahu (murid). Namun lebih kepada yang tahu (guru) mengajarkan sesuatu mulai dari hal yang diketahui oleh siswanya.

Teori ini biasa disebut konstruktivisme.   Penerapan kurikulum 2013 hampir pasti akan sampai ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.

Jika sekolah anda ingin sukses menerapkan hal yang baru ini, berikut ini hal yang mesti diupayakan.

Mental guru yang perlu ditumbuhkan :

  •     Guru mempunyai mental pembelajar dan adaptif terhadap perubahan
  •     Tidak ada guru senior dan guru yunior, semua guru sama kedudukannya dihadapan ilmu yang baru atau perubahan yang baru.
  •     Guru mesti punya sikap untuk mendahulukan kepentingan muridnya, dengan demikian ia mau berubah, belajar kembali serta siap bekerja sama dengan guru lain sepanjang akan mempermudah ia dalam menjalani perubahan yang terjadi di sekitarnya sebagai pendidik profesional

Mental guru yang perlu dihilangkan :
  •     Mengajar tanpa persiapan
  •     Malas bekerja sama dengan guru lain dan menganggap guru lain lebih pintar, lebih ‘hijau’ atau sederet lagi prasangka yang ada di kepala mengenai label negatif pada sesama guru.
  •     Senangnya yang mudah-mudah saja dan tidak mau ambil resiko, misalnya maunya hanya andalkan buku teks tanpa mau merencanakan pembelajaran.

Hal yang mesti dilakukan oleh kepala sekolah :
  •     Mengatur waktu rapat menjadi kapan rapat seluruh guru dan kapan rapat antar departemen atau kelas paralel. dengan demikian guru difasilitasi dengan meeting yang efektif
  •     Mengatur anggaran dan budget agar sekolah mampu membiayai kreativitas guru sebagai dampak positif dari peerapan kurikulum 2013
  •     Membuat komite kurikulum yang bertugas mengatur rapat rutin demi menciptakan kurikulum yang berbasis sekolah. Anggota dari komite ini terdiri dari guru-guru yang mempunyai minat terhadap matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS dan lainnya

Standar dalam kurikulum 2013 adalah standar minimum yang bisa digunakan dari sabang sampai merauke. Melihat kenyataan tersebut terbukalah peluang bagi tiap sekolah untuk memaksimalkannya dengan aktivitas pembelajaran yang kreatif dan bemakna

Selamat mencoba dan menerapkan
Sumber artikel :  http://gurukreatif.wordpress.com

Beranda        Cara Pesan        Demo        F A Q        Bonus        Kontak